Kamis, 08 November 2012

Digit Kehidupan #3

Semakin berkecamuk batinnya, dan Bima semakin hampa. Kembali ia menengadah ke atas, masih 45 detik lagi. Ia mulai tergoda untuk berbelok ke kanan, ke rumah sahabatnya Iwan, menghabiskan 4 jam di sana, dan kembali ke rumah dengan membawa air biasa. "Tidak akan terlihat", pikirnya. "Toh ini lebih mudah daripada harus melempar batu atau segala macam pernak-perniknya". Pilihan menyenangkan lain pun muncul, yaitu dengan berputar balik ke kiri, kemudian membual bahwa jalan diblokir, terdapat pemindahan arus, atau apapun lah yang akan keluar dari mulutnya ketika ibunya bertanya nanti.

Otaknya semakin berdesing.. Berisik! Bima semakin gelisah, tangannya semakin gemetaran dan dilampiaskannya ke dashboard sepeda motornya. Sepertinya cukup keras, Bima bisa merasakan dua pasang mata dari sepeda motor di sampingnya memperhatikannya seakan Bima adalah sebuah penjaja tarian singkat di perempatan jalan. Bodoh! Entah apakah itu, namun sesuatu di dalam salah satu bagian otaknya terus-menerus berkata, "Bodoh! Benar-benar tidak masuk akal!!". Bima mencoba untuk menghiraukan suara itu, namun dengan tampang bingung, mulut komat-kamit tak karuan, lampu sign motor yang bergonta-ganti arah, dan sebuah botol air mineral kosong "aneh" di tangan kirinya... Tampak idiot. Itulah Bima sekarang...

30 detik lagi..
Pengetukan dashboard masih berlanjut.. Dan mulai terhenti ketika sebuah ambulans mendekat dari arah belakang (bagaimana bisa ia tidak mendengar sirinenya?). Semua kendaraan, termasuk Bima, memberi jalan. Ketika ambulans melewatinya (dengan sangat perlahan tentunya karena padatnya jalan), dengan jelas Bima bisa melihat, di dalam ambulans, seorang ibu berusia sekitar empat-puluhan memunggunginya (punggungnya bergetar hebat); seseorang yang terbaring di atas ranjang (entah kenapa Bima memvisualisasikannya sebagai seorang nenek yang sakit parah); dan di sisi jauh terdapat seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 17 tahun, seumuran dengannya, duduk dengan mata hampa. Dan dalam sepersekian detik, Bima berani bersumpah mengenai apa yang baru saja dilihatnya (ataupun yang didengarnya), mata itu sungguh-sungguh berbicara kepadanya, "Lakukan, sekarang!!". Hijau menyala, dan Bima langsung melaju ke depan sebagai orang yang tampak tidak berpikir (sangat kontras dengan fakta yang terjadi di kepalanya). *bersambung*

Tidak ada komentar: