Senin, 15 April 2013

Senandung Putih

21 Juni

Matahari meninggi. Sepertinya.. Setidaknya itulah yang aku rasakan. Bukan yang aku lihat, ataupun yg ingin aku lihat. Andaikan.. Yah.. Panas.. Kaleng di depanku pun menghangat.. Masih menerka, aku percikkan muatannya. Hmm. masih setengah isi. Hanya menunggu. Menunggu.. "Semoga hari memberkatinya..", ucapku sembari menyeka peluh. (Dan air mata, jika aku punya..)

23 September

Retak gemuruh terseret dari atas. Mega menggelap dan cahaya bersahutan. Namun aku tak melihatnya.. Sengaja aku tak melihatnya.. Kala terakhir kali tadi kaleng di depanku berdenting dengan logam, aku hanya berpikir bahwa sebentar lagi air langit akan tercurah dari bejana Tuhan. Dan kini setetes, dua tetes, tiga tetes telah membasahi dahiku. Aku berpikir keras, harus berpikir keras. Jika tidak, hanya deru terburu penuh murka yang akan memenuhi gendang telingaku. Saling ingin menang. "Semua pun begitu..", celetukku menggelegar. Ah.. Aku hanya beruntung penglihatanku tidak tercemar. (Atau memang tidak bisa sama sekali..)

22 Desember

Mereka jatuh bergelimpangan. Jutaan! Ehm.. Setidaknya itulah bilangan tertinggi yang pernah menyentuh keningku. Atau apapun yang ada di dalamnya. Kini, semua yang aku kenakan basah sudah. Berdosa kah aku? Aku berharap, masih yakin, ini bukan cara takdir. Dan kaleng di depanku penuh. Namun tak jarang aku tumpahkan kembali. Bukannya aku tak bersyukur, tapi ini sama sekali tidak membela diriku. Aku cemburu dengan curahan ini. Mereka yang hadir di hadapanku pun hanya melintas sejenak. Aku ingin ini segera berakhir.. (Meskipun aku tahu aku tak mungkin menyaksikannya..)

22 Maret

Kini kaleng di depanku penuh. Nyata. Tak akan kutumpahkan lagi. Indahnya semesta. Berwarnakan lukisan, beraromakan puisi. Ah, kanak-kanak.. Mereka bahagia. Aku bahagia. Semua bahagia. Hari ini indah, namun maafkan kelancangan hamba, namun jika kabul kan datang, hamba hanya ingin melihat indahnya dunia..

Tidak ada komentar: